Senin, 12 Desember 2011

Resensi Kumpulan Mitologi & Legenda Yunani dan Romawi


Mengenal Mitologi & Legenda Yunani dan Romawi

Judul : Kumpulan Mitologi & Legenda Yunani dan Romawi
Pengarang : E.M. Berens
Penerbit : Bukune
Jumlah Halaman : 336 halaman
Sinopsis :

Mitologi & leganda yang dahulu dianut beberapa peradaban memiliki kisah-kisah yang menarik. Salah satunya mitologi & legenda Yunani dan Romawi. Kisah-kisah mitologi & legenda Yunani dan Romawi akan membuat kita takjub. Kisah-kisah para dewa-dewi, monster, hingga para pahlawan yang luar biasa.
Buku ini akan membawa kita memasuki dunia mitologi & legenda Yunani dan Romawi. Lengkap dengan pembahasan mengenai asal-usul dunia, dewa-dewi Yunani & Romawi, makhluk-makhluk aneh, hingga legenda-legenda terkenal. Buku ini akan menjelaskan mengenai penciptaan dunia oleh Uranus dan Gaea. Juga mengenai kekuasaan para Titan serta penggulingannya oleh para dewa-dewi. Selain itu, buku ini membahas tentang para dewa-dewi Yunani & Romawi seperti Zeus(Jupiter), Ares(Mars), Apollo, Athena(Minerva), Artemis(Diana), Poseidon(Neptunus), hingga Hades(Pluto). Juga tentang dewa-dewi minordan para monster. Tidak hanya itu, buku ini juga menjelaskan bagaimana cara memuja para dewa-dewi dan festival-festival bangsa Yunani & Romawi. Juga tentang kisah-kisah terkenal seperti Perseus melawan Medusa, Daedalus dan putranya Icarus, petualangan para Argonaut, petualangan Herakles(Herkules), kisah hidup sang raja Athena Theseus, Perang Troya, hingga petualangan Odysseus(Ulysses) dan pasukannya mencari jalan pulang dari Troya menuju Yunani.
Dari tampilan luar, buku ini sudah menarik. Desain cover dan tulisan bagus. Isinya juga lengkap. Buku ini juga dilengkapi gambar untuk memudahkan visualisasi. Namun, pembagian bab agak kacau. Beberapa subbab salah diletakkan di bab lain. Selain itu, cara penjelasannya agak susah dimengerti. Di beberapa bagian juga masih ditemukan keslahan ejaan. Secara keseluruhan, buku ini sudah menarik, terutama bagi para penikmat mitologi & legenda Yunani dan Romawi. Jadi, bagi Anda yang ingin mengenal lebih dalam mitologi & legenda Yunani dan Romawi, Anda bisa membaca buku ini.

Senin, 21 November 2011

Resensi Sang Pahlawan


Menjadi Pahlawan

Judul : Heroes of the Valley (Sang Pahlawan)
Pengarang : Jonathan Stroud
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 484 halaman
Sinopsis :

Halli Sveinsson adalah putra Arnkel Sveinsson, Penguasa Hukum Klan Svein. Ia tinggal di kediaman Klan Svein, salah satu dari 12 klan pahlawan di Lembah. Lembah itu dikelilingi oleh laut di barat, dan pegunungan di utara, barat, dan selatan. Selain kedua belas klan, ada makhluk yang hidup berdampingan dengan mereka, yaitu Trow. Trow adalah makhluk mengerikan yang tinggal di bawah tanah. Mereka memiliki cakar-cakar yang sangat tajam dan gigi-gigi yang menakutkan. Mereka memakan apa saja yang bisa dimakan. Mereka menyeret manusia, ternak,dan lain-lain masuk ke dalam tanah untuk menjadi sntapan mereka. Namun, dua belas pahlawan berhasil mengusir para Trow dari lembah, membuat mereka lari ke bukit di sekeliling Lembah, dan hidup di rawa-rawa di atas bukit itu, dengan taruhan nyawa. Agar tidak kembali turun ke Lembah, dibuatlah peraturan dimana semua orang yang mati, mereka semua dimakamkan di sekeliling Lembah agar roh mereka menahan para Trow turun ke Lembah.
Setelah peristiwa itu, orang-orang di Lembah tidak lagi mempraktekkan cara hidup para pahlawan yang lebih mementingkan kekerasan daripada hidup tanpa konflik. Mereka hanya sibuk bertani, beternak, dan lain-lain. Hal ini membuat Halli sangat kecewa. Ia sangat menyukai kisah-kisah lama tentang pahlawan. Ia bahkan bermimpi menjadi pahlawan.
Suatu hari, setelah acara perkumpulan 12 klan yang kebetulan diadakan di kediaman Klan Svein, saudara laki-laki Penguasa Hukum Klan Hakon, Olaf, membunuh paman Halli, Brodir Sveinsson. Halli sangat ingin membunuh Olaf untuk membalas dendam atas kematian pamannya seperti para pahlawan yang biasa melakukannya untuk membalaskan kematian keluarganya. Tentu saja hal itu dilarang seluruh klan. Tetapi, mimpi Halli untuk menjadi pahlawan memotivasinya. Akhirnya, dengan nekat, ia pergi ke kediaman Klan Hakon unutk membunuh Olaf. Ia harus menempuh rute yang sangat panjang karena kediaman Klan Hakon yang berada di ujung sebelah barat Lembah.
Berhasilkah Halli membalaskan kematian pamannya terhadap Olaf? Seperti apa petualangan Halli menjelajahi Lembah? Bagaiman dengan para Trow yang masih 'menatap' ke arah Lembah dengan lapar?
Buku ini merupakan buku yang cukup menarik. Latar ceritanya cukup sederhana. Alurnya kurang seru dan memiliki sedikit kejutan. Tetapi ending-nya menarik walaupun agak susah dimengerti. Sampul dan kertas bukunya bagus sehingga memberikan kesan awal yang baik. Buku yang cocok dibaca untuk semua kalangan. Mungkin, jika alur dan latar ceritanya bisa dikembangkan, buku ini bisa menjadi buku yang menarik.

Jumat, 11 November 2011

Resensi Cincin Monster


Cincin yang merubah manusia menjadi monster
Judul :Cincin Monster
Pengarang :Bruce Coville
Penerbit :Penerbit Matahari
Tahun Terbit :2007
Tebal :144 halaman
Sinopsis :

Kadang kita penasaran seperti apa rasanya menjadi monster. Buku ini bisa menjawab hal tersebut. Buku ini bercerita tentang seorang anak kelas 5 SD bernama Russel Troy. Ia adalah anak yang sering di-bullying oleh Eddie yang nakal dan bandel.
Suatu hari, ia sedang dikejar-kejar Eddie yang terus menjahilinya. Ketika dikejar-kejar, ia tersesat di sebuah gang penuh dengan bangunan-bangunan yang tidak dikenalnya. Eddie sudah tidak menemukannya lagi. Ketika berkeliling, Russel menenmukan toko yang menjual berbagai benda sihir. Russel, yang tergila-gila pada sihir, masuk ke toko itu untuk melihat-lihat. Namun, ketika bertemu sang pemilik toko, ia dipaksa membeli barabg yang ada di toko itu. Russel pun memberikan uang sakunya yang tersisa di kantongnya dan kakek itu pun memberikan barang yang sesuai untuk Russel. Russel, yang tidak memberitahukan barang yang ia inginkan, diberi Cincin Monster, cincin yang bisa mengubahnya menjadi monster. Awalnya Russel tidak percaya. Namun, setelah dicoba, ternyata hal itu benar. Setelah itu, hidupnya berubah total.
Buku ini adalah buku anak-anak yang sangat inspiratif karena mengandung banyak pelajaran. Walaupun jalan ceritanya tergolong sederhana, buku ini tetap memberikan pelajaran berharga yang bisa kita ambil. Cover dan gaya bahasanya menarik dan cocok untu anak-anak. Jika cerita ini lebih dikembangkan, buku ini akan menjadi buku anak-anak yang menarik.

Kamis, 28 Juli 2011

Ras Pengendali


Ini postingan pertama blog saya. Kebetulan, ini adalah cerpen yang saya ikutkan dalam lomba Fantasy Fiesta 2011. Selamat menikmati! Menurut buku Tatang Sutarman, siapapun belum baca cerpen ini, berarti dia ndeso be ge te. Jadi yang tidak mau jadi wong ndeso, silahakan baca cerpen ini. Selamat menikmati.


RAS PENGENDALI
Isaamoviech
Aku tidak akan pernah melupakan siang di mana aku mengetahui siapa sebenarnya diriku. Ledakan-ledakan yang memekakkan telinga, orang-orang berlarian, air yang terbakar, dan…. Tunggu dulu! Mungkin kau bertanya mengapa bisa seperti itu. Ah, bodohnya aku. Sebaiknya aku mulai dari awal, dari perkenalan.
Namaku Maltain. Aku adalah remaja kelas sembilan di sebuah sekolah. Aku tinggal di panti asuhan karena orang tuaku meninggalkanku di depan pintu panti saat aku baru sembilan bulan. Mereka hanya menitipkan sebuah pesan, “Rawatlah anak ini baik-baik sampai waktunya,“ di balik selimut yang menyelimutiku. Semua teman-temanku, guruku, waliku dan aku tentu tidak mengerti maksud kata “sampai waktunya.” Namun pemilik panti asuhan hanya mempedulikan yang ia mengerti. Jadi, aku dirawat sampai sekarang.
Siang itu, aku berwisata ke taman wisata yang penuh dengan wahana mengasyikkan sebagai penyegaran setelah ujian. Setiba di sana dengan bus umum, aku bingung mau mencoba wahana yang mana, mengingat semuanya mengasyikkan.
Dexter, teman baikku yang menemaniku ke sini terlihat gelisah dan khawatir. Aneh. Biasanya setiap ada wisata, ia bersemangat sekali seperti orang sembuh dari borok parah. Tapi, akhir-akhir ini, ia memang sering terlihat gelisah dan khawatir. Sangat berbeda dengan sifatnya yang riang dan bersemangat. “Ayo naik roller coaster!“ ajakku.
Dan kami pun mencoba berbagai wahana seperti roller coaster, histeria, rumah hantu, tornado dan lain-lain. Ketika kami sedang berjalan di pinggir wahana arung jeram, tiba-tiba, seorang wanita cantik yang memakai jas dan rok selutut menghalangi jalan kami. Raut mukanya seperti ingin memakan kami. Dexter masih tampak gelisah tapi, ekspresi wajahnya bercampur dengan kewaspadaan.
Sudah lama aku tidak makan yang seperti ini,” kata wanita itu. Kukira ia sedang membicarakan es krim jumbo yang kupegang. Namun matanya tajam menatapku. “Dari tadi aku menahan diri agar menunggu tempat sepi. Tapi susah sekali menahan diri bila yang ingin kusantap sekuat dirimu,” kata wanita itu. “Dan sekarang waktunya makan!” jeritnya.
Wanita itu maju menerjangku. Tapi Dexter mendorongku ke samping sehingga terjangan wanita itu hanya melewati celah antara aku dan Dexter. Es krimku jatuh karenanya. Wanita itu pun mengerem dan berbalik, begitu juga kami.
Jangan ganggu makanku, android!“ kata wanita itu marah.
Aku kaget mendengarnya. Memang, Dexter menderita HAS (Human Android Syndrome) yaitu penyakit di mana penderitanya bertindak seperti android: pintar, atletis, dan jika dipukul di bagian kepala ia akan seperti korslet, kena listrik tegangan pendek. Awalnya aku curiga apakah ia benar-benar menderita HAS karena tak pernah kudengar penyakit HAS sebelumnya. Begitu pun beberapa guru dan temanku. Namun yang memeriksanya adalah dokter yang tak pernah salah mendiagnosis, hingga kecurigaan itu pun hilang. Sekarang kecurigaan itu muncul lagi saat wanita itu memanggil Dexter android.
Tangan wanita itu tiba-tiba mengeluarkan bola api. Tunggu dulu! Bagaimana ia melakukannya? Wanita itu melemparkan bola api itu ke arah Dexter yang dengan cepat menghindar. Bola api itu meluncur lalu tercebur kedalam air di wahana arung jeram. Bukannya padam, api itu malah membesar, menyebar sepanjang aliran air seolah air itu adalah minyak. Pengetahuan sejarah memberitahuku dari dalam pikiran.
Api yunani. Api yang membesar jika disiram air.
Hal itu sudah pasti membuat seluruh orang di taman wisata ini berlari keluar, termasuk para petugas. Secepat mengganti saluran televisi, suasana yang tadi ramai riang berubah menjadi ramai penuh ketakutan lalu berubah lagi menjadi sunyi. Hanya ada aku, Dexter, wanita itu dan…. dua orang lain yang sebaya denganku. Mereka berdua masing-masing memakai kaos kuning dan celana jins biru serta menyandang tas. Mereka langsung menghampiri Dexter.
Kamu tidak apa-apa?“ tanya sang gadis.
Tak apa-apa. Tak perlu mengkhawatirkanku, Roselia,” jawab Dexter.
Maaf, kami sedikit terlambat,” kata sang lelaki.
Tak apa-apa, Edger. Lagi pula monster ini belum melakukan hal-hal yang tak bisa kutangani sendiri,” kata Dexter.
Aku terpana. Siapa sebenarnya mereka? Apa yang mereka bicarakan ?
Wah.. wah… Sepertinya siang ini adalah sahurku untuk puasa seminggu ke depan,” kata si wanita peluncur bola api tadi. Seketika itu pula, Roselia mencabut anting berbentuk perisai dari telinga kanannya. Ketika Roselia berkata “Membesarlah!”, anting-anting itu membesar dan berubah menjadi perisai sungguhan. Edger mengeluarkan double stick yang rantainya bisa memanjang. Dexter mengangkat tangannya dan secara mekanik, tangan itu berubah menjadi sebuah laras senapan mirip senapan AK-47. Aku ternganga melihat aksi mereka sambil mencubit pahaku untuk meyakinkan apakah ini mimpi atau tidak.
Sepertinya puasamu harus ditunda. Atau lebih tepatnya dibatalkan,” tantang Edger.
Kita lihat saja,” kata si wanita penyerang.
Lalu, sesuatu yang mengerikan terjadi. Tiba-tiba, tubuh wanita itu mulai ditumbuhi sisik-sisik ular, tangannya menyatu dengan badannya, kedua kakinya menyatu, lidahnya bercabang, pupil matanya merapat seperti kucing, dan tubuhnya membesar. Pakaiannya robek, tapi bukan tubuh manusianya yang tampak, melainkan tubuhnya yang sudah seperti ular. Dalam sekejap, ia telah berubah menjadi ular raksasa seukuran wahana waterboom. Ular itu menegakkan diri setinggi dua setengah meter. Giginya bukan gigi ular yang biasanya hanya dua, tetapi gigi yang seperti hiu: tajam, banyak, dan menyeramkan. Mulutku ternganga semakin lebar dan cubitanku semakin kencang sampai ngilu pahaku menahan sakit.
Berlindung di belakangku!” teriak Roselia kepadaku ketika ular itu menyemburkan bola api yunani ke arahku. Untungnya, aku bisa menghindar dan secepat kilat berlari ke arah Roselia dan berlindung di balik perisainya. Kami pun menyebar agar membuat bingung ular itu. Aku tetap di belakang Roselia.
Ular itu terus menyerang kami berempat dengan bola apinya. Namun semua serangannya berhasil kami hindari atau kami mentahkan. Dexter, mengingat dia atletis, menghindari bola api yunani, sambil menembaki ular itu dengan senapan mirip AK-47 yang ada di tempat yang seharusnya tangannya. Peluru-pelurunya terpental oleh sisik-sisik ular itu karena keras dan anti ledak. Roselia dan aku melindungi diri dengan perisai tahan api.
Edger juga menghindari bola api yunani dengan bergeser (maksudnya tanah ia berpijak menggeser Edger seperti eskalator agar tidak gosong) sambil mengahantam double stick-nya ke arah ular itu. Lumayan berefek, karena rupanya, double stick-nya juga bisa membesar. Terkadang, batang pohon tumbuh di sekitar ular itu dan membelit ular itu. Namun, ular itu selalu mematahkan batang-batang pohon itu dengan kekuatannya. Aku tidak tahu dari mana batang-batang pohon itu tumbuh. Namun pertanyaan itu sudah terjawab saat aku melihat tangan Roselia bergerak-gerak seakan sedang mengendalikan batang-batang pohon tadi. Rupanya ialah yang telah menumbuhkan batang-batang pohon itu dan mengendalikannya untuk membelit ular itu. Kucubit pahaku lagi.
Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa kalian sebenarnya?” teriakku menyaingi suara ledakan.
Sambil menahan bola api yunani dengan perisainya, Roselia menjelaskan, “Baiklah. Kau adalah salah satu dari kami, Ras Pengendali.”
Aku tak percaya dengan apa yang kudengar. Kucubit lagi pahaku.
Ras Pengendali adalah ras manusia istimewa. Mereka bisa mengendalikan beberapa elemen tergantung bangsa mereka. Ada api, air, tanah, udara, cahaya, tumbuhan, dan kegelapan. Aku pengendali tumbuhan dan Edger, pengendali tanah,” katanya.
Dexter?” tanyaku terlihat bodoh di depan gadis secantik dia.
Ia android” katanya sabar menjelaskan masih menahan bola api yunani.
Bukannya dia penderita HAS?”
Beberapa penyihir menyihir si dokter anti-salahdiagnosis itu untuk berkata Dexter penderita HAS, sehingga ia bisa masuk sekolahmu untuk mengawasimu tanpa dicurigai. Sebenarnya HAS itu tidak ada.”
Mengawasiku?”
Kami mendeteksi melalui radar bahwa kau Ras Pengendali. Maka kami mengirim Dexter untuk memastikannya sebelum kami membawamu ke Sekolah Ras Pengendali,” katanya.
Sekolah?”
Ah… nanti kujelaskan!” jawabnya kesal.
Jadi, aku bisa mengendalikan salah satu dari elemen?”
Ya.“ jawabnya. Kali ini dia benar-benar mulai marah.
Tapi apa?”
Itu tergantung dari kau sendiri. Kekuatanmu akan muncul dengan sendirinya. Biasanya, kekuatannya akan muncul saat remaja. Tapi seperti pubertas, bisa cepat, bisa lambat,” jawabnya. Tampaknya sekarang otaknya mulai mendidih.
Setelah Roselia menjawab, tiba-tiba terdengar ledakan dari arah Dexter. Ketika kami menengok ke arahnya, kulihat Dexter terkapar dengan beberapa bagian tubuhnya yang terlepas. Di sepatunya ada bekas es krim. Rupanya ketika  menghindari bola api yunani, ia terpeleset es krim jumbo yang jatuh dari tanganku dan seketika itu pula bola api yunani menghantamnya.
Tidak!” teriakku
Aku dan Roselia menghampiri Dexter. Roselia langsung melindungi kami engan perisainya. Aku dan tubuh Dexter di belakangnya. Aku lalu berlutut di hadapan Dexter. Dia tidak bergerak sama sekali. Kulit manusianya terkelupas di setengah wajahnya, memperlihatkan mata robotnya yang redup.
Ia mati.
Kesedihan dan rasa bersalah menyelimuti hatiku. Kenapa aku menjatuhkan es krimku?
Luapan kesedihan dan rasa bersalah ini berubah menjadi kemarahan yang siap meledak.
Dan tiba-tiba pula, entah bagaimana, aku merasa ada kekuatan besar yang mengalir di tanganku.
Aku pun berbalik menatap tajam ular siluman itu. Kemarahan masih memenuhi hatiku. Sebuah pikiran begitu saja menyuruhku untuk melayangkan tinju ke arah ular itu, walaupun kutahu tinju itu tidak akan kena karena jarakku ke arah ular itu sejauh lima meter. Tapi, entah bagaimana, kurasa cara itu ampuh. Maka, kulayangkan tinju ke arah ular itu dengan tangan kananku yang mengalirkan energi. Tanganku mengeluarkan kilatan energi hitam yang langsung berubah menjadi tinju raksasa yang melayang ke arah ular itu. Tinju itu menghantam tepat di kepala ular itu. Ular itu pun sempoyongan.
Hah!  Aku kaget sendiri. Bagaimana bisa aku melakukan itu?
Kulihat  Roselia dan Edger ikut terperangah dengan mulut menganga lebar sekali.
Aku tidak percaya ini. Kau pengendali kegelapan,” kata  Roselia. Sedangkan aku juga baru tahu kalau kegelapan jika dikendalikan akan seperti itu.
Teman-teman, sebaiknya obrolannya harus ditunda,” kata Edger. Kami melihat ular itu sudah sadar dari pusingnya. Ia pun berteriak marah, menampakkan deretan gigi yang tak pernah disikat dan lubang di dekat tenggorokannya yang berkali-kali menyemburkan api kecil.
Tiba-tiba sebuah ide gila meluncur di kepalaku.
Apa kau punya tombak?“ tanyaku pada Roselia.
Ada,” jawabnya.
Ia langsung mengeluarkan silinder dari tasnya, memencet satu-satunya tombol pada silinder itu dan silinder itu memanjang dan menjadi sebuah tombak. Aku langsung menyambarnya dan berlari ke arah ular itu. “Apa yang kau lakukan?” seru Roselia bingung. Aku tak menjawab.
Sambil berlari kukirimkan energi dari dalam tubuhku sebanyak-banyaknya ke tanganku yang memegang tombak. Kilatan energi hitam mengalir mengelilingi tangan dan tombakku.
Hei, siluman ular bodoh!” teriakku. Ular itu berhenti berteriak ketika mendengar serianku. Ia langsung membuka mulutnya untuk melakukan ancang-ancang menyemburkan api. Tepat saat itu, kualirkan energi di kakiku dan langsung melompat. Aku melompat tinggi ke udara. Saat lompatanku sudah setinggi kepala ular itu, kulakukan ancang-ancang untuk melempar tombakku ke arahnya. Kulihat lubang api tadi menyemburkan api.
Sekarang!
Kulemparkan tombakku ke arah lubang itu. Tombakku meluncur cepat ke arah lubang itu dengan kilatan energi hitam mengelilinginya. Tombak itu setengah membuyarkan api yang akan disemburkan ke arahku dan tepat menancap di lubang itu, membuat mampat lubang api itu, sehingga api yang akan disemburkan ke arahku belum maksimal. Namun api kecil yang sudah setengah buyar itu tetap mengarah ke arahku, mengenaiku.
Aku terbakar!
Terjadi ledakan yang berasal dari kepala ular itu. Api menyembur dari dua lubang mata, dua lubang hidung, dan lubang mulutnya. Ular itu terjatuh ke tanah menyisakan kulit keras ular itu, tanpa daging dan tulang di kepalanya.
Aku terbanting jatuh ke tanah dengan bunyi “brak” dan “krak” bersamaan. Aku tak peduli dengan tulangku yang patah. Aku hanya peduli pada tubuhku yang terbakar. Aku berguling-guling untuk memadamkan api. Edger dan Roselia langsung menghampiriku dan berusah memadamkan api dengan jaket mereka.
Sekujur tubuhku terasa lemas. Rasanya seluruh energi dalam tubuhku terkuras habis, membuatku berhenti berguling-guling. Kesadaran mulai meninggalkan otakku. Apa aku sekadar pingsan? Atau malah mati?
***
Di sebuah bangsal rumah sakit aku terbangun. Beberapa orang lain dirawat di ranjang sekitarku. Di sampingku, Roselia duduk di sebuah kursi, menunggukui. Ia tersenyum melihatku bangun.
Bagaiman keadaanmu?” tanyanya.
Lumayan. Di mana aku?“ kataku.
Di rumah sakit sekolah. Kau pingsan selama dua puluh empat jam,” katanya.
Selama itukah?” tanyaku kaget. Roselia mengangguk memberikan jawaban “ya”. Aku pun teringat kejadian yang lalu.
Bagaimana siluman ular itu?” tanyaku.
Musnah. Kami berhasil memadamkan api yang membakarmu, serta membawamu dan bangkai Dexter ke sekolah. Kami juga mengubur ular itu dengan pengendalian tanah Edger. Namun, kami tak bisa memadamkan api yang membakar wahana arung jeram. Jadi kami tinggalkan saja untuk diurus para petugas,“ jawabnya.
Kenapa bangkai Dexter ikut dibawa?“ tanyaku bingung.
Kami akan memperbaikinya,” jawabnya. Jawaban itu membuat perasaan senang membuncah memenuhi hatiku. Dexter bisa diperbaiki, dia akan menjadi temanku lagi!
Waktu itu kau keren sekali. Bagaimana kau tahu cara membuat ular itu meledak?” tanya Roselia kagum. Aku merasa pipiku merona di bawah tatapannya.
Aku hanya menombak lubang yang mengeluarkan api yunani itu. Karena semburan apinya mampat oleh tombakku, semburan apinya jadi menekan ke segala arah dan akhirnya… Bum!“ jelasku. Mata Roselia berbinar mendengarnya.
Lalu keheningan di antara kami terjadi. Aku menunduk, bingung mau bicara apa. Roselia memandang keluar jendela di samping ranjangku. Kemudian ia menghela napas. Tampaknya ia ingin mengatakan sesuatu yang harus ia sampaikan tapi enggan menyampaikannya. Ia berbalik menatapku yang masih setengah terduduk di ranjang.
Baiklah. Sekarang aku harus menjelaskan sesuatu yang cukup berat padamu. Sebenarnya kamu adalah pengendali kegelapan terakhir. Seluruh kaummu dibunuh oleh raja iblis jahat, Byazov, di wilayah mereka. Byazov ingin menguasai dunia. Ia bersekutu dengan monster dan iblis lain. Siluman ular kemarin adalah salah satu anak buah Byazov. Seluruh dunia kewalahan melawannya. Namun, Byazov mendapatkan ramalan bahwa satu-satunya orang yang bisa mengalahkannya adalah pengendali kegelapan terakhir. Jadi orang itu adalah kau,” jelasnya.
Aku terkejut mendengarnya. Kucubit lagi pahaku. Bagaimana mungkin seorang bocah sepertiku bisa mengalahkan raja iblis yang mencoba menguasai dunia?
Ayo, kita keliling sekolah! Racun yang berasal dari api yunani waktu itu sudah dibersihkan dari tubuhmu. Jadi kau sudah boleh pergi,“ kata Roselia.
Api yunani beracun?“ tanyaku bingung.
Sebenarnya tidak. Tapi monster kemarin itu melengkapi api yunaninya dengan racun yang bisa menguras tenagamu,“ jawabnya. “Ayo!” ajaknya lagi.
Patah tulangku?“ tanyaku khawatir.
Sudah direparasi dengan sihir. Ayo cepat!“ katanya.
Kami keluar dari rumah sakit sekolah. Saat keluar, kulihat pemandangan yang begitu indah. Di kananku ada pantai berpasir putih, sedang di kiriku ada hutan lebat. Di antara kedua pemandangan itu ada hamparan padang rumput hijau yang luas di latari bukit-bukit hijau. Di beberapa tempat, terdapat bangunan-bangunan berarsitektur aneh. Tapi kutahu kalau itu semua merupakan bagian dari sekolah.
Kami berjalan-jalan di sepanjang jalan setapak. Roselia menjelaskan setiap bangunan mulai dari perpustakaan, kebun bunga, danau, hutan, gudang senjata, dan lainnya. Saat mendengar ada gudang senjata, aku langsung bertanya,
Sekolah macam apa ini, yang ada gudang senjatanya?”
Kita adalah makanan monster dan iblis karena kekuatan kita. Jadi kita adalah musuh alami para monster dan iblis. Itu terjadi sejak kaum kita mulai muncul. Dengan demikian pelatihan sangat diperlukan agar kita bisa bertahan hidup. Maka didirikanlah sekolah bagi ras pengendali untuk melatih kita bagaimana menghadapi monster dan iblis. Itu berarti kita membutuhkan senjata. Kadang-kadang kami langsung mempraktekkan diri dengan terjun ke tempat yang biasa dilalui monster dan iblis. Sekolah ini adalah sekolah berasrama. Tidak hanya ras pengendali, tapi semua ras memiliki sekolahnya masing-masing,” jawab Roselia.
Kami melanjutkan perjalanan mengelilingi sekolah. Kami sesekali berpapasan dengan murid-murid lain. Mereka memandangku aneh dan sesekali berbisik dengan teman sebelahnya. Aku sempat mendengar mereka berbisik, “ Itu anaknya.”
Tak usah dihiraukan.” kata Roselia menghibur.
Kami terus berjalan keliling sekolah. Tiba-tiba aku teringat ada banyak pertanyaan yang belum terjawab dalam benakku.
Kemarin kau menyebut Penyihir. Memangnya  ada ras lain selain ras pengendali?” tanyaku.
Tentu saja ada. Ada banyak ras lain selain kita. Penyihir, Penunggang Naga, Peri segala elemen, Dwarf yang membuat android-android dan senjata-senjata, dan masih banyak lagi,“ jawab Roselia.
Bagaimana kehidupan kaum kalian?“
Kaum kita!” kata Roselia meralat sedikit. “Kehidupan kaum kita. Ya, kita hidup berdampingan dengan manusia biasa. Kita juga punya kota, keluarga dan lain-lain. Beberapa keluarga tinggal di rumah yang bertetangga dengan manusia biasa. Semua sistem itu dikendalikan oleh para Tetua. Mereka adalah orang-orang terkuat dari setiap ras.”
Tunggu dulu! Tadi kamu bilang kita hidup berdampingan dengan manusia. Bagaimana manusia tidak mengetahui keberadaan kita selama ini? “
Dahulu ketika zaman awal adanya kaum kita, Penyihir pertama, Merlin, menciptakan penemuan terhebat sepanjang sejarah penyihir, Hipnosida. Itu adalah semacam gas yang bertebaran di udara kegunaannya adalah bisa memalsukan pandangan manusia biasa yang melihat kita yang menurut mereka aneh, sehingga yang dilihat oleh mereka hanya yang mereka terima dalam nalar mereka,”
Jadi pandanganku seperti manusia normal sebelum kejadian kemarin karena kekuatanku belum bangkit?” tanyaku.
Pintar juga kau. Jadi ketika mereka melihat sekolah kita dan kota-kota kita, mereka hanya melihat kebun atau hutan atau sejenisnya. Hipnosida juga memalsukan radar sehingga keberadaan kita tak terdeteksi,“ jawabnya.
Kami melanjutkan perjalanan. Aku berjalan sambil mendengarkan penjelasan Roselia tentang sekolah ini. Dari cara bicaranya, aku yakin kata-kata tadi sama dengan kata-kata yang dia ucapkan ketika menjelaskan kepada siswa baru saat masa orientasi sekolah, kalau memang di sini ada masa orientasi seperti itu.
Sejak musnahnya ras kegelapan, asrama kegelapan menjadi tak berpenghuni,” katanya. Tiba-tiba aku menyela.
Tunggu dulu! Jika ada yang tinggal di asrama, berarti ada pengendali kegelapan yang tersisa karena tinggal di asrama.”
Waktu penyerangan, kebetulan saat libur panjang, jadi seluruh murid dipulangkan. Selain itu, juga bertepatan dengan hari besar pengendali kegelapan. Jadi seluruh pengendali kegelapan harus berkumpul di ibukota para pengendali kegelapan, Darkonion. Di situlah mereka semua terbantai,” jawab Roselia agak sedih.
Akhirnya kami tiba di bangunan terakhir yang berada di bukit tertinggi. Bangunan ini adalah bangunan terbesar setelah asrama siswa, berlantai empat, dan, tentu saja, berarsitektur aneh.
Ini adalah rumah kepala sekolah. Kita harus bertemu dengan kepala sekolah. Namanya Pak Tlacotalpan. Dialah yang menaruhmu di depan panti asuhan tempat tinggalmu selama ini. Sebenarnya dia ikut dalam perayaan hari besar kegelapan yang naas itu, karena ia memang sedang mempelajari budaya pengendali kegelapan. Saat bencana itu ia berhasil lolos dengan membawamu yang masih kecil. Sebelumnya ia memang dititipi dirimu oleh orang tuamu untuk dijaga. Ia tidak bisa mengasuh bayi, jadi ia menitipkanmu ke panti asuhan,” jelas Roselia.
Ayo! Kita sudah ditunggu. Dia ingin menjumpaimu, mengingat saat ini waktunya sudah tiba, karena kau adalah bagian dari penyelamat dunia,” ajaknya.
Pipiku langsung merona mendengar kalimat terakhirnya. Aku sempat berbalik dan menatap semua orang dan bangunan yang terlihat dari atas bukit ini. Dan untuk terakhir kalinya, kucubit pahaku untuk meyakinkan apakah aku sedang bermimpi atau tidak.
Cukup lama setelah itu, aku menarik sebuah pelajaran penting dari pengalamanku ini: jangan terlalu sering mencubit pahamu untuk meyakinkan diri apakah kau bermimpi atau tidak. Kecuali, yah, jika kau ingin memiliki banyak bekas cubitan ungu di pahamu dan hanya mendapat jawaban bahwa kau tidak sedang bermimpi.